Kapal yang Membawa Bantuan untuk Gaza Diserang di Malta, Menunggu Persetujuan untuk Berlabuh
Sebuah kapal yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza yang diserang oleh drone di perairan internasional di lepas pantai Malta pada Jumat dini hari (2/5) masih tertahan dan berlabuh di lokasi yang sama sembari menunggu izin untuk berlabuh di pelabuhan. Hal tersebut dikonfirmasi oleh seorang pejabat bantuan yang berada di kapal tersebut.
Kapal tersebut berhasil diamankan setelah bantuan dari sebuah kapal tunda yang berada di dekatnya membantu memadamkan api yang melanda kapal.
Menurut laporan CNN yang mengutip data pelacakan penerbangan, beberapa jam sebelum serangan pesawat nirawak (drone) menghantam kapal, sebuah pesawat militer Israel terlihat terbang di atas Malta.
Ismail Songur, Ketua Asosiasi Kebebasan dan Solidaritas Mavi Marmara sekaligus penumpang kapal, menyatakan kepada Anadolu bahwa kapal milik Koalisi Freedom Flotilla tersebut berangkat dari Tunisia dan rencananya akan menjemput para aktivis di Malta sebelum melanjutkan pelayaran ke Gaza.
"Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kesadaran di pelabuhan-pelabuhan Eropa, berkoordinasi dengan kapal lain, dan menekan Mesir agar membuka akses bantuan ke Gaza," ujar Songur.
Ia mengungkapkan bahwa kapal kini berada 12 mil laut dari Malta, dan relawan dari lebih dari 20 negara sedang menunggu kesempatan untuk bergabung.
Para relawan tersebut terdiri dari jurnalis, dokter, dan pekerja kemanusiaan.
Songur menjelaskan bahwa serangan terhadap kapal terjadi sekitar pukul 00.15 waktu setempat, dengan benturan keras yang terasa seperti tabrakan.
“Saat kami bergegas ke geladak, kami melihat api besar. Saat itu juga, sebuah drone melintas di atas kami dan ledakan kedua terjadi,” kata Songur. "Api berkobar hampir selama empat jam. Kapal nyaris tenggelam."
Dia menambahkan bahwa komunikasi langsung terputus tak lama setelah kejadian. Meskipun ada sistem cadangan, akses internet terblokir, dan panggilan darurat melalui radio terhalang oleh sinyal palsu yang mengklaim tidak ada bantuan yang diperlukan.
Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam kedatangan tim penyelamat yang akhirnya tiba beberapa jam setelahnya.
Saat ini, tim penyelamat sedang mengumpulkan serpihan yang ditemukan di geladak kapal, yang diyakini berasal dari bahan peledak.
“Kami sedang menyiapkan bukti ini untuk dibawa ke pengadilan internasional,” tambah Songur, sambil menyebutkan bahwa ruang mesin mengalami kerusakan parah dan air mulai merembes ke dalam tangki bahan bakar.
Songur juga mengungkapkan bahwa petugas pemadam kebakaran sempat menolak untuk turun tangan kecuali seluruh penumpang dievakuasi, namun para penumpang menolak permintaan tersebut.
“Kami jelaskan bahwa api hanya ada di bagian depan kapal dan kami memiliki sekoci darurat di kedua sisi. Berdasarkan prosedur internasional, jika kami dievakuasi, kontrol atas kapal bisa diambil alih dan mereka bisa menenggelamkannya,” ungkapnya.
Ia menyatakan bahwa upaya pemadaman tertunda lebih dari satu jam. Meski ada rekaman video insiden, media Israel melaporkan versi yang berbeda, menyebutkan bahwa serangan tersebut telah direncanakan.
“Ada rencana untuk memaksa kami meninggalkan kapal, mungkin untuk menenggelamkannya atau melakukan sabotase,” ujar Songur.
'Serangan ini tidak hanya ditujukan kepada kami, tetapi juga kepada seluruh umat manusia'
Songur mengkritik pemerintah Malta yang dinilai lambat merespons, meskipun kapal tersebut telah bersertifikat resmi dan telah mengirimkan sinyal SOS beberapa kali.
“Penjaga pantai baru merespons sepuluh jam setelah kejadian,” kata Songur.
Ia juga mengutip temuan awal yang menyebutkan bahwa sebuah pesawat militer C-130 terbang dari Tel Aviv menuju Malta sekitar enam hingga delapan jam sebelum serangan, dengan kapal cepat yang diduga mendekati kapal pada waktu yang hampir bersamaan.
“Serangan itu bukan hanya terhadap kami, tapi juga terhadap seluruh umat manusia,” tegas Songur. “Ini juga merupakan serangan terhadap rekayasa teknik Turki. Saat ini, ada sebelas warga Turki di kapal -- lima kru dan enam relawan sipil.”
Songur mengonfirmasi bahwa kapal masih berada di perairan internasional dekat Malta, diawasi oleh kapal penjaga pantai, dan tidak diizinkan bergerak. Ia mendesak pihak berwenang di Malta untuk mengizinkan kapal merapat untuk perbaikan mendesak.
“Kapal ini tidak bisa melanjutkan pelayaran dalam kondisi seperti sekarang,” pungkasnya.*
Posting Komentar untuk "Kapal yang Membawa Bantuan untuk Gaza Diserang di Malta, Menunggu Persetujuan untuk Berlabuh"
Posting Komentar