MENJADI ORANG TUA YANG TEGAS
MENJADI ORANG TUA YANG TEGAS
Oleh : Riska Kencana Putri
Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang wajib kita jaga. Kehadirannya memberikan
kebahagian kepada kedua orang tua, menjadi penyejuk pandangan dan juga investasi akhirat
kelak. Karena doa anak shalih adalah salah satu amalan yang tidak terputus meski kita sudah
meninggal.
Namun, anak juga bisa menjadi ujian dan cobaan. Apakah dengan diberikannya anak, kita
menjadi hamba yang bersyukur ataukah sebaliknya? Apakah kita bisa mendidik anak kita
menuju ketaatan atau malah membiarkan mereka menuju kemaksiatan? Ini semua nanti akan
diminta pertanggungjawabannya di hari akhir.
Anak merupakan amanah dari Allah, maka kita sebagai orang tua harus pandai-pandai dalam
mendidiknya, agar kelak anak bisa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah, mencintai
Rasulullah SAW dan menjadi penegak kalimatullah. Dalam dunia parenting, banyak dipaparkan
berbagai macam teori pendidikan anak. Mulai dari pendidikan usia golden age, hingga
menginjak usia remaja. Islam sendiri sebagai agama yang sempurna memiliki metode dalam
mendidik anak.
Allah, melalui Rasul-Nya memerintahkan kita – para orang tua — untuk bersikap tegas dalam
mendidik anak, terutama dalam hal ibadah. Menurut Ali bin Abi Thalib ra, pendidikan anak di
bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap bermain (usia 0-7 tahun), tahap disiplin (7-14 tahun) dan
tahap kemitraan (14-21 tahun).
Rasullullah SAW bersabda, “Perintahkanlah anak kalian shalat ketika berusia tujuh tahun, dan
pukullah mereka agar shalat ketika berusia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.”
(HR Abu Dawud).
Diriwayatkan dari Umar, dari Abu salamah, ia berkata, “Ketika masih kecil aku pernah ditegur
Rasulullah SAW. Waktu itu aku hendak mengambil hidangan, kemudian Rasulullah SAW
bersabda kepadaku, “Hai, Nak! Bacalah basmallah, ambillah dengan tangan kananmu dan
makanlah apa yang ada di dekatmu.”
Ketegasan orang tua tentu berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Ibarat
memberikan obat, pasien yang satu akan sembuh dengan dosis 5 mg, tetapi bagi pasien yang lain
dosisnya harus ditambah. Pun begitu dengan anak, ada yang menurut hanya dengan tatapan
tajam, ada pula yang harus dipukul. Namun para orang tua harus ingat, memukul yang
dimaksudkan hadits di atas adalah pukulan yang tidak membahayakan, tidak membekas dan
bukan di bagian wajah. Tidak seperti sekarang ini, banyak kasus penganiayaan orang tua
terhadap anaknya.
Allah juga memerintahkan kepada kita untuk bersikap lemah lembut. Dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat
159, Allaf berfirman, “Maka karena rahmat Allah-lah engkau bersikap lembut terhadap mereka.
Seandainya engkau bersikap kaku dan keras hati, tentu mereka akan menjauhkan diri dari
sekelilingmu.”
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan menyukai
kelembutan… “ (HR Muslim).
Bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang merupakan akhlak yang telah dicontohkan
Rasulullah SAW. Namun bersikap tegas kepada anak di saat mereka melakukan kemaksiatan
juga merupakan perkara yang wajib dilakukan para orang tua. Karena anak adalah amanah,
setiap amanah akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat.
“Ketahuilah setiap kalian adalah penangung jawab dan akan ditanyai tentang tanggung
jawabnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia adalah penanggung jawab dan kelak
akan ditanyai tentang mereka. Seorang laki-laki adalah penanggung jawab keluarganya dan
kelak ia akan ditanyai tentang mereka. Seorang istri adalah penanggung jawab rumah tangga
dan anak-anaknya, dan kelak akan ditanya. Seorang hamba sahaya adalah penanggung jawab
harta tuannya dan kelak ia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah
penanggung jawab, dan kelak akan ditanyai tanggung jawabnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Posting Komentar untuk "MENJADI ORANG TUA YANG TEGAS"
Posting Komentar