SIAPA YANG AKAN MEMBAWA SURGA UNTUKMU?
SIAPA YANG AKAN MEMBAWA SURGA UNTUKMU?
Oleh: Arnie Syifannisa
Tiga tahun berada jauh dari dekapan keluarga membuat puncak kerinduanku
semakin memuncak. Setelah aku menamatkan sekolah di jenjang menengah
atas, aku memutuskan untuk menunda keinginanku melanjutkan lagi ke jenjang
perkuliahan. Aku memilih untuk bekerja terlebih dahulu karena ada beberapa
tanggungan yang masih menjadi beban di keluargaku. Kebetulan sekolah yang
aku tempuh adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang notabene para siswanya
dituntut sudah siap terjun ke dunia kerja tanpa harus menempuh kuliah terlebih
dahulu.
Tidak tanggung-tanggung aku memilih tempat kerjaku. Malaysia. Yah… Aku
memutuskan untuk mencari pekerjaan yang jauh dari rumah. Bukan karena di
negeri sendiri kekurangan lapangan pekerjaan, tetapi karena jiwa mudaku yang
menggerakkan hatiku untuk mencari pengalaman yang jarang diminati oleh
orang kebanyakan.
Di luar sana, tidak sedikit dari mereka yang berasumsi
negatif dengan status pekerjaan satu ini. Menjadi seorang Tenaga Kerja
Indonesia (TKI). Dalam benakku ingin sekali kubuktikan bahwa tidak semua yang
mereka anggap selama ini benar. Aku yakin masih banyak para TKI yang berada
di jalan yang benar, bahkan berhasil pulang ke tanah air dengan kesuksesannya.
Sambil menyelam minum air. Itu mungkin paribahasa yang tepat untuk
perjalanan panjangku selama di negeri Jiran. Selama disana, banyak hal-hal
atau kebiasaan yang kutemui. Salah satunya berinteraksi sosial dengan
penduduk asli di sana.
Dalam satu tempat kerja sering aku bertanya banyak hal
tentang adat istiadat mereka, makanan khas, kesenian daerah, keluarga, dan tak
luput seputar kehidupan keseharian mereka. Karena keakraban yang sudah
terjalin maka tak jarang aku diajak berkunjung ke rumah mereka. Mempererat
silaturahim sangat kukagumi dari kebiasaan mereka. Sering mereka
mengadakan Open House ketika mereka memperoleh rezeki lebih karena
memang Malaysia merupakan salah satu negara muslim di kawasan Asia ini.
Silaturahim sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Melayu.
Meskipun begitu, tetap saja ada kebiasaan yang memang kurang indah jika
dilakukan dalam keluarga bahkan dianggap sebagai suatu perbuatan wajar.
Sering saya melihat mereka dengan lugas membentak anak-anak mereka saat
tidak sengaja melakukan kesalahan. Sungguh miris bukan. Kebanyakan dari
mereka memang suami istri harus bekerja demi mencukupi kebutuhan sehari-
hari.
Biaya hidup tidak sedikit terkadang memaksa mereka rela memberikan hak
asuh anak kepada para pengasuh bukan dari orang tuanya sendiri. Banyak yang
menitipkan anak-anak mereka kepada mertua maupun ibunya sendiri (nenek)
dan jasa penitipan anak. Mulai dari pagi hari sampai malam hari baru mereka
mengambil anak-anak mereka dari rumah penitipan anak. Ketika anak sudah
mulai besar dan bersekolah, mereka sudah mempercayakan kemandirian anaknya. Itu yang berlaku jika seorang ibu lebih mementingkan pekerjaan
daripada mengurus buah hatinya.
Sepulangnya dari bekerja pasti orang tua merasa kelelahan dan ingin segera
dapat beristirahat. Namun apa jadi jika sampai di rumah mendapati seisi rumah
berantakan, belum lagi melihat tingkah manja anak-anak mereka. Bayangkan jika
seorang anak dibentak, tentu hatinya terasa hancur dan hanya mampu menangis
terisak.
Jika kita kembali ke dunia pekerjaan, ketika kita lelah, penat sepenat apapun
atau dalam keadaan marah sekalipun, bagaimana sikap kita terhadap atasan
kita? Bagaimana jika rekan bisnis kita melakukan kesalahan fatal? Demi urusan
pekerjaan banyak yang rela menahan emosinya. Banyak yang rela tetap
mengalah, menyungging senyum walau dalam hati menggerutu. Bukankah ini
sebuah ujian kesabaran? Lalu bagaimana sikap kita yang seharusnya terhadap
anak-anak kita?
Anak adalah amanah yang harus kita jaga dan rawat dengan penuh kasih
sayang. Mereka adalah ujian kesabaran untuk para orang tua. Jika seorang anak
bisa mendapatkan surga atas keridhaan orang tua, maka begitupun sebaliknya.
Orang tua bisa meraih surga apabila memperoleh doa-doa terindah dari anak-
anaknya yang shalih-shalihah.
Ketika seorang anak melakukan kesalahan, nasehatilah namun jangan
sekali-kali memakai bentakan. Justru itu yang akan memberi dampak negatif
bagi perkembangan psikologisnya. Didiklah ia dengan penuh kasih sayang.
Ketika kita terlepas kontrol hingga membentak mereka, maka segerelah meminta
maaf. Itu akan membentuk kepribadian mereka menjadi seorang yang berani
bertanggung jawab dan mudah memaafkan.
Ingatlah siapa yang akan membawa surga untukmu kelak? Bukan mereka
yang menjadi atasan kerjamu. Bukan pula rekan-rekan bisnismu. Mereka adalah
buah hatimu. Anak-anak yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih
sayangmu. Bukan sekedar materi yang dipenuhi oleh orang tua yang mereka
inginkan. Sisihkan waktu minimal dua jam untuk bercengkerama dengan mereka.
Sudah adilkah kita selama ini? Kalau kita mampu bersikap manis terhadap
orang lain, maka kita juga harus mampu bersikap manis terhadap keluarga
sendiri. Terutama kepada anak-anak yang kita kasihi.
Tiba-tiba air mata menganak sungai di pelupuk mata ini. Aku merindukan
ayah dan ibu. Banyak sekali pelajaran yang kudapat selama di perantauan ini.
Sungguh mereka adalah orang-orang hebat. Pejuang bagi keluarganya. Semoga
surga bisa kita raih karena telah menjadi orang tua yang sabar dan adil. Aamiin.
Posting Komentar untuk "SIAPA YANG AKAN MEMBAWA SURGA UNTUKMU?"
Posting Komentar