KEMBALIKAN SURGA MEREKA
KEMBALIKAN SURGA MEREKA
Oleh : Rina Perangin-angin
Beberapa waktu lalu, saya berkunjung ke rumah teman. Sebut saja si A. Dia berasal dari keluarga
yang kaya. Memiliki gadget lebih dari satu dan tentunya keluaran terbaru. Sudah difasilitasi mobil
sendiri. Jadi kemana-mana ya nyetir sendiri. Rumah besar lengkap dengan asisten rumah tangga yang
siap melakukan semua perintahnya. Kuliah di Universitas terpopuler didaerah kami dan masuk
jurusan terfavorit juga. Yakni kedokteran.
Sekilas orang memandang kehidupannya sempurna. Tak terkecuali Saya. Saya sempat berpikir bahwa
kehidupannya nyaris sempurna. Namun pemikiran itu langsung kandas ketika dia mengatakan kalau
dia merindukan keluarganya. Lantas saya bertanya, kemana orangtuaya? Dimana abang dan adiknya?
Bukankah dia memiliki dua saudara lagi?
Dia diam sejenak sebelum akhirnya tangisnya pecah. “Orang tuaku sibuk bekerja. Aku bahkan lupa
kapan terakhir kali kami makan bersama di meja makan. Sedangkan saudaraku juga sibuk keluyuran.
Kami seperti memiliki dunia masing-masing, Rin,” katanya menceritakan kehidupannya sambil
memelukku.
Saya kaget mendengarnya. Bagaimana mungkin dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga
memiliki dunianya masing-masing? Bukankah semestinya dalam keluarga harus saling mengisi,
saling melengkapi? Saya berusaha menghiburnya karena kami berteman memang sudah sangat lama.
Namun baru sekarang, baru sejak kuliah ini, dia mau menceritakan pahitnya kehidupan yang harus dia
jalani.
Cerita di atas merupakan satu dari sekian banyak cerita yang benar-benar terjadi. Dimana anak dan
orang tua tak lagi saling mengenal. Mereka memang mengenal wajah satu sama lain, tetapi apakah
mereka mengenal sampai ke hati?
Saya tidak bermaksud untuk menyalahkan para orang tua yang sibuk bekerja. Karena bagaimana pun,
orang tua bekerja untuk memberi yang terbaik bagi anak. Untuk menyekolahkan anak sampai sekolah
tertinggi. Untuk membelikan gadget dengan tujuan anak mampu mengikuti perkembangan zaman.
Untuk memberi rumah yang nyaman ditinggali. Kita wajib berterima kasih untuk semua kerja keras
para orang tua.
Sayangnya, orang tua kadang lupa, bahwa sebagai orang tua, mereka tidak hanya wajib menafkahi
anak secara lahir, tetapi juga batin. Ya, batin berupa kasih sayang, cinta dan perhatian.
Anak memang butuh rumah yang nyaman, sekolah yang bagus, tetapi anak lebih butuh kasih sayang.
Setiap anak menginginkan orang tuanya tahu perkembangan sekolahnya. Jangan sampai asisten
rumah tangga yang lebih mengetahui perkembangan si anak. Jangan sampai si anak malah lebih dekat
dengan asisten rumah tangga dibanding dengan ibunya sendiri.
Jika ada cerita yang menyatakan seorang istri berselingkuh karena kurang kasih sayang dari suami,
maka anak akan menjadi liar, terjerumus ke pergaulan bebas karena kurang kasih sayang dari orang
tua. Dan itu benar-benar sudah terjadi. Banyak korbannya. Lihatlah di TV, betapa banyak pelaku seks
bebas adalah remaja! Berapa banyak pemakai narkoba yang ternyata remaja? Berapa banyak pelaku
tindak kriminal lainnya adalah remaja? Berapa banyak pelaku aborsi adalah remaja?
Pertanyaan yang kemudian muncul, mengapa harus remaja? Apa yang membuat mereka senekad itu?
Sebab, mereka kurang kasih sayang. Mereka butuh kasih sayang, sehingga mencari di luar.
Buat para orang tua, marilah lebih peduli dengan anak. Bekerja boleh, tetapi utamakan kebahagiaan
anak. Buat apa rumah besar bila anak tak bahagia tinggal di dalamnya? Buat apa gadget terbaru bila
akhirnya mereka gunakan untuk hal negatif? Apa gunanya mobil mahal bila akhirnya mereka gunakan
untuk ajang balapan liar?
Ingatlah, mereka butuh kasih sayang. Mereka butuh cinta. Dan itu kewajiban orang tua untuk
memberikannya. Kewajiban orang tua untuk mengontrolnya. Apa salahnya luangkan waktu sejam
atau dua jam untuk bercanda dengan anak? Apa salahnya pulang kerja lebih awal supaya memiliki
waktu luang sekedar bertanya bagaimana perkembangannya di sekolah?
Anak juga punya hak atas waktu orang tuanya.
Buat para orang tua, mulailah dari sekarang, detik ini juga. Kembalikan tawa mereka, kembalikan
kebahagiaan mereka. Kembalikan surga mereka. Jika ada istilah “Rumahku Syurgaku”, maka orang
tualah yang memiliki andil untuk menghadirkan surga itu!
Posting Komentar untuk "KEMBALIKAN SURGA MEREKA"
Posting Komentar